Ketika Burger Syaikh Al-Kulineriah Menyapa Relung Pencernaanku

Sangat alay judulnya. Tak apa yang penting saya suka. 🙂

Burger menjadi kudapan yang memikat hati saya untuk beberapa pekan terakhir. Meskipun dalam sebulan ini saya hanya membeli dua burger saja, satu burger punyanya Tacoz dan satu lagi dapat gratisan dari seorang Syaikh di Malang yang kami biasa memanggilnya “Syaikh Al-Kulineriah”. Artinya, 1 beli, 1 gratis. Hehe

Slide2

Saya termasuk yang paling pemilih dalam hal makanan. Kalau ada teman yang bilang, “Ga enak gapapa, yang penting mahal.” –benarbenar salah fatal nih motonya-, namun berbeda dengan saya, “Yang penting enak, meski murah meriah.” –klo moto ini disukai anak2 kos-. Bagaimana tidak, burger yang sedang saya santap di foto itu contohnya. Bayangkan saja temanteman, burger itu, subhanallah…. enak sekali rasanya.. Daging petty yang digunakan adalah home made beef burger.. Tuhhhh,,!!! 100% daging, tanpa ada tambahan bahan berkarbo, bukan pula frozen food, segar dan menggemaskan kalau dilihat. 🙂 Nah,,, kudapan burger ini, murah sekali. G R A T I S..!!! Betulkan?! Maka dari itu, mulai sekarang gunakanlah moto makan, Yang Penting Enak, Meski Murah Meriah.

Kalau dilihat dari foto itu, susunan dari burger Syaikh Al-Kulineriah dari mulai tangga teratas adalah sebagai berikut:

Top burger bread

Cucumber

Thousand Island Mayo

Tomato

Home made Nyusss Beef Burger

Original Mayo

Local Lettuce

Bottom burger bread

Slide1Bisa kebayangkan bagaimana enaknya?! Dan saya mohon maaf jika hanya berbagi foto, ya setidaknya bisa berbagi dengan saudara-saudara lain yang kepingin.. 🙂

Cerita awal mengapa saya dapat gratisan burger enak semacam ini adalah dari Grup WA sebelah yang Miminnya adalah Syaikh Al-Kulineriah. Sudah bisa diduga kan kira-kira grup ini apa yang mendominasi arah perbincangannya? Tentu masalah makan-makan, makanan-makanan, yang punya makanan ya berbagi dengan kelompok grup meski hanya berbagi foto. Nah, suatu ketika Syaikh Al-Kulineriah beberapa kali mengunggah foto burger buatannya di grup itu.. Semacam ngiming-ngimingi sih! ditambah lagi dengan ada satu foto yang menggambarkan kenikmatan salah satu anggota grup yang menyantap burger buatan Asy-Syaikh.. Lantas meneteslah air liur batin saya yang kemudian hanya dapat diungkapkan dengan teriakan-teriakan berupa ketikan tulisan yang tentu ga jelas. Tulisan yang ga jelas tapi jelas menggambarkan bagaimana saya juga kepingin.

Alhamdulillah.. beberapa waktu lalu mendapat janji dari Asy-Syaikh akan dibuatkan.. Finally, jam 5.30an pagi tadi dapat pesan khusus dari Asy-Syaikh jika jam 8.00 ada burger yang ready untuk disantap. Alhamdulillah… yatttaaaaa.. 🙂 Masa yang dinanti telah tiba. Sekitar jam 8an buruburu saya menuju TKP, tapi sayang beribu sayang. TKP tertutup rapat seolah semut pun tak boleh masuk. 😦 Coba saya hubungi beliau, ehhh… ternyata hapenya juga mati atau berada di luar area layanan. Pupus sudah harapan menikmati burger yang telah lama dinanti.

Klo dah rezeki emang ga ke mana.. Maunya nempeeel saja…

Saya pun sambil putus asa —maaf jika terjadi penyusunan kalimat yang super lebay— dengan roda motor gontai mengarah ke RDI Masjid An-Nur Jagalan. Sekalian ada janji juga dengan pihak percetakan yang akan mencetak Kalender Hijriah 1436H pesanan saya, tepatnya memberi uang muka ke percetakan. Kerlap-kerlip sekonyonh-konyong terlihat di hape saya. Upss..! dari Asy-Syaikh yang menanyakan posisi saya di mana. Walhasil, ternyata kesempatan saya untuk menyantap burger nyuss itu belum sepenuhnya hilang. Begitulah, asa saya tumbuh kembali, laiknya rumput kering yang mendapatkan guyuran air hujan.. Segarrr dan perlahan menghijau.. —hihihihi—-

Kemudian, sekitar jam 1an.. Tibalah masanya foto itu diambil. Alhamdulillah…

Saya pun pulang dengan relung pencernaan yang penuh dengan burger istimewa tadi.

Hanya do’a yang teriring selepas makan dan hendak pulang kepada Syaikh Al-Kulineriah:

Jazakallahu khair katsir.. Barakallahufik.. Wa ahlik.. Wa Maalik..

-dar-

Ini foto yang diambil sendiri oleh Syaikh Al-Kulineriah yang kemudian diunggah di FB. *Model: Saya

7 thoughts on “Ketika Burger Syaikh Al-Kulineriah Menyapa Relung Pencernaanku

  1. Lebaynya nggak nahan, hahaha… emang ada yang bilang ga enak ga apa-apa yang penting mahal? Anehhh bangeeett! Kalau aku mah mahal gak papa, yang penting enak banget 😛 Ngapain makan nggak enak, mahal, sama-sama bikin gendut pula wkwkwk.

    Like

Leave a comment